BALAI MAKAM: tulisan ini saya tidak akan
menyebutkan nama atau siapa yang pantas menjadi kepala desa pemekaran besok. Saya
justru ingin mengajak teman-teman mendiskusikan kriteria bakal calon kepala desa
yang layak memimpin kita kedepan.
Kira-kira kriteria itu yang bisa saya tawarkan sebagai bahan diskusi dan shering agar kita bisa memilih calon kepala desa yang baik dan mampu membuat perubahan ditengah masyarakat. Saya tidak tahu, calon mana saja yang memenuhi kriteria diatas – saya serahkan kepada teman-teman yang menilainya.** ( walau pun masalah pemekaran di balai makam belum kelar) hee..e.(/fg)
FOTO: ILUSTRASI |
Pertama, jujur dan amanah. Dia harus berani berkata
jujur dan tidak membohongi rakyat. Bukankah agama memerintahkan kita untuk
berkata jujur. Apa lagi seorang pemimpin. Pertanggungjawaban seorang pemimpin
itu bukan hanya kepada rakyat yang dia pimpin tapi juga kepada Allah SWT. Amanah
disini maksudnya, ia mampu menjalankan pemerintahan berdasarkan ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Kedua, transparan. Dia harus transparan (terbuka) akan keuangan dan program yang sedang dijalankan. Dia tidak boleh menutup-nutupi jumlah anggaran program baik berasal dari pemerintah maupun yang dikumpulkan dari masyarakat.
Masalah transparansi ini yang belakangan ini yang sering menjadi masalah ditingkat desa. Banyak kepala desa dan kepala dusun dipecat atau diminta mundur oleh masyarakat karena dianggap tidak transparan dan menyelewengkan keuangan desa. Dan kita tidak ingin hal itu terjadi didesa kita.
Masyarakat sekarang sudah pintar-pintar dan kritis. Karena mereka sudah banyak yang bisa mengenyam sekolah tinggi. Jadi mereka tahu mana anggaran yang benar dan mana program boong-boongan.
Ketiga, netral. Ia harus netral ditengah masyarakat. Bukan berbuat atas tekanan dan intimidasi dari pihak tertentu. Bukankah masyarakat dasan bagek sekarang sudah terpecah belah. Ada sunnah dan bid’ah. Ada pengikut ini dan pengikut itu. Maka kalau terjadi perselisihan atau konflik, kepala desa harus bisa menetralisir atau mendamaikan kedua pihak.
Keempat, berani berkorban untuk rakyat. Seorang kadus atau kepala desa sejatinya adalah pelayan rakyat karena ia diberikan jabatan dan gaji dari uang pajak rakyat. Maka seorang kadus atau kepala desa harus memiliki mental pelayan bukan mental pejabat atau bos. Jadi bagaimana dia bisa membela rakyat kalau tidak berani berkorban untuk rakyat.
Kelima, tidak memperkaya diri dan keluarga. Kita juga tidak ingin aparat desa kita menjadi OKB (orang kaya baru) hanya karena sering memotong uang rakyat (korupsi). Ia juga tidak mudah memposisikan keluarganya atau kroninya pada posisi strategis dipemerintahan desa. Inilah penyakit bahaya yang harus dihindari oleh siapapun yang berkinginan menjadi pejabat desa.
Kedua, transparan. Dia harus transparan (terbuka) akan keuangan dan program yang sedang dijalankan. Dia tidak boleh menutup-nutupi jumlah anggaran program baik berasal dari pemerintah maupun yang dikumpulkan dari masyarakat.
Masalah transparansi ini yang belakangan ini yang sering menjadi masalah ditingkat desa. Banyak kepala desa dan kepala dusun dipecat atau diminta mundur oleh masyarakat karena dianggap tidak transparan dan menyelewengkan keuangan desa. Dan kita tidak ingin hal itu terjadi didesa kita.
Masyarakat sekarang sudah pintar-pintar dan kritis. Karena mereka sudah banyak yang bisa mengenyam sekolah tinggi. Jadi mereka tahu mana anggaran yang benar dan mana program boong-boongan.
Ketiga, netral. Ia harus netral ditengah masyarakat. Bukan berbuat atas tekanan dan intimidasi dari pihak tertentu. Bukankah masyarakat dasan bagek sekarang sudah terpecah belah. Ada sunnah dan bid’ah. Ada pengikut ini dan pengikut itu. Maka kalau terjadi perselisihan atau konflik, kepala desa harus bisa menetralisir atau mendamaikan kedua pihak.
Keempat, berani berkorban untuk rakyat. Seorang kadus atau kepala desa sejatinya adalah pelayan rakyat karena ia diberikan jabatan dan gaji dari uang pajak rakyat. Maka seorang kadus atau kepala desa harus memiliki mental pelayan bukan mental pejabat atau bos. Jadi bagaimana dia bisa membela rakyat kalau tidak berani berkorban untuk rakyat.
Kelima, tidak memperkaya diri dan keluarga. Kita juga tidak ingin aparat desa kita menjadi OKB (orang kaya baru) hanya karena sering memotong uang rakyat (korupsi). Ia juga tidak mudah memposisikan keluarganya atau kroninya pada posisi strategis dipemerintahan desa. Inilah penyakit bahaya yang harus dihindari oleh siapapun yang berkinginan menjadi pejabat desa.
Diluar 5 kriteria diatas, seorang calon kepala desa tentu harus memiliki program kerja nyata dan masuk akal yang akan dikerjakan bila ia terpilih menjadi kepala desa. Bila ia tidak memiliki program kerja yang jelas, itu artinya tidak ubahnya kita membeli kucing dalam karung. Tidak jelas warna, kesehatan dll.
Kira-kira kriteria itu yang bisa saya tawarkan sebagai bahan diskusi dan shering agar kita bisa memilih calon kepala desa yang baik dan mampu membuat perubahan ditengah masyarakat. Saya tidak tahu, calon mana saja yang memenuhi kriteria diatas – saya serahkan kepada teman-teman yang menilainya.** ( walau pun masalah pemekaran di balai makam belum kelar) hee..e.(/fg)
0 komentar:
Post a Comment