Monday, February 11, 2013

Waspada Penyakit Kaki Gajah!

FOTO: Ilustrasi
CUACA akhir-akhir ini tak menentu. Pada situasi seperti ini, kita perlu waspada terhadap serangan berbagai penyakit. Salah satunya adalah penyakit kaki gajah yang disebabkan oleh cacing.

Filariasis atau yang biasa disebut orang awam dengan kaki gajah, menurut dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, dari rumah sakit Royal taruma, Daan Mogot, Jakarta Barat, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, atau Brugia timori yang ditularkan memlaui gigitan nyamuk.

"Infeksi pada hewan, yang dilaporkan sampai saat ini adalah pada monyet dengan pola infeksi yang sangat mirip dengan di manusia. Setelah digigit oleh nyamuk yang mengandung mikrofilaria, cacing akan menembus kulit dan menuju ke pembuluh dan kelenjar limfa," terangnya.

Proses penularan penyakit filaria ini, lanjut dr. Erni, dimulai saat nyamuk menggigit dan menghisap darah orang yang mengandung mikrofilaria.

Mikrofilaria tersebut masuk ke dalam paskan pembungkus tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung, dan bersarang di antara otot dada.

Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu sekitar satu minggu, larva ini berganti kulit. Tubuh menjadi gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II.

Pada hari ke-10 dan seterusnya, larva berganti kulit untuk kedua kalinya sehingga tubuh menjadi panjang dan kurus. Ini adalah larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif sehingga larva mulai berpindah. Berawal dari rongga perut (abdomen) yang kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.

Mikrofilaria stadium III inilah yang merupakan bentuk infektif dan dapat masuk menembus kulit ke dalam tubuh manusia saat nyamuk menggigit seseorang. Dari tempat masuknya, mikrofilaria akan langsung menuju ke kelenjar limfa lokal di sekitar tempat masuknya. Di dalam pembuluh limfa inilah, sekitar kurang lebih sembilan bulan, larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tubuh menjadi cacing dewasa yang disebut larva stadium IV dan larva stadium V.

Cacing filaria yang sudah dewasa berada di pembuluh limfa, sehingga menyumbat pembuluh limfa dan dapat menyebabkan penyumbatan aliran limfa (obstruksi).

"Yang sering terinfeksi itu biasanya kelenjar limfa di daerah lipat paha (selangkangan). Dan sumbatan aliran limfa dapat ditemukan di kedua atau salah satu kaki. Tapi dapat pula terjadi infeksi dan sumbatan pada kelenjar limfa di tempat lain, sehingga tak menutup kemungkinan di kedua tangan pun bisa terjadi," ungkapnya.

Penyakit filariasis atau kaki gajah ini merupakan penyakit menahun atau kronis. Cacing dewasa dapat bertahan sampai lebih dari 10 tahun dalam tubuh manusia, di mana pada saat itu mikrofilaria terus menerus terbentuk. Parasit filaria betina dapat menghasilkan lebih dari 10.000 mikrofilaria per hari yang masuk ke dalam pembuluh darah dan siap untuk dihisap oleh nyamuk seperti Aedes, Mansonia, Anopheles, dan Culex.

Kenali gejala!
Siapa pun bisa terkena penyakit kronis ini. Setelah terinfeksi mikrofilaria akibat gigitan nyamuk, terdapat tiga kondisi yang mungkin terjadi.

- Pertama, tidak ada gejala (asimtomatik). Orang tidak merasa sakit. Tidak ada keluhan apa pun, tapi bisa menularkan mikrofilaria di tubuhnya ke tubu horang lain.

- Kedua, kalau terjadi gejala infeksi akut akibat peradangan. Jadi, ada demam mendadak, nyeri, bengkak, tanda peradangan pada kelenjar limfe.

- Ketiga, bentuk infeksi kronis yang banyak ditemukan di masyarakat, yaitu adanya penyumbatan limfaa yang dapat menyebabkan pembengkakan di daerah kaki, juga tangan (bila kelenjar limfe di daerah ketiak terkena, sehingga pada wanita dapat pula menyebabkan pembengkakan di payudara).

Pada laki-laki, selain pada kaki, daerah genital juga dapat terkena, sehingga terjadi pembengkakan di daerah scrotum (zakar).

Tapi dari ketiga proses tersebut, kondisi pertama paling berbahaya karena tidak memiliki gejala, sehingga orang yang terkena tidak mencari pengobatan, padahal saat itu proses penularan kepada orang lain yang sehat bisa terjadi.

Sementara itu, gejala filariasis akut dapat berupa demam berulang selama tiga hingga lima hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja.

Bisa juga terjadi pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas, dan sakit. Terjadi juga radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau lengan ke arah ujung.

Dapat pula terbentuk abses kelenjar getah bening yang dapat pecah dan mengeluarkan nanah dan darah. Terjadi juga pembesaran tungkai, lengan, buah dada, dan buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas.

Pengobatan

Yang berbahaya adalah filariasis yang tidak mempunyai gejala. oleh karena itu, untuk mengetahui eseorang terkena filariasis atau tidak, dapat dilakukan screening pemeriksan darah melalui ujung jari.

Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit filariasis adalah membasmi (eradikasi) parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita, sehingga tiingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.

Angka kecacatan akibat infeksi kronis yang menyebabkan sumbatan juga dapat ditekan. Penanganan pada infeksi filaria ini adalah dengan pemberian obat cacing seperti DEC, albendazole ataupun ivermektin

0 komentar:

Post a Comment